Skip to content

baju Adat Kalimantan Selatan

Busana Adat Pengantin Banjar,Kalimantan Selatan

Perkimpoian adat Banjar dipengaruhi oleh unsur dalam agama Islam, dalam perkimpoian Banjar nampak jelas begitu besar penghormatan terhadap posisi wanita. Hal itu merupakan penerapan dari ajaran Islam yang mengemukakan ungkapan “surga itu dibawah telapak kaki ibu” dan kalimat “wanita itu adalah tiang negara”. Acara demi acara yang dilaksanakan semuanya berpusat di tempat atau di rumah pihak calon mempelai wanita, pihak dari keluarga laki-laki yang datang menghormati kepada keluarga mempelai wanita.

Urutan proses yang umum terjadi di kalangan keluarga calon pengantin adalah:

1. Basusuluh (mencari informasi secara diam-diam mengenai riwayat keluarga calon mempelai. Mencari informasi ini bisa melalui berbagai macam cara dan dilakukan secara cerdik)
2. Batatakun (mencari informasi definitif, pencarian ini lebih terbuka melalui kedua pihak keluarga)
3. Badatang (meminang)
4. Maatar Patalian ( memberikan barang-barang antaran kepada pihak mempelai wanita, berupa barang kebutuhan sehari-hari dan perlengkapan kamar tidur)
5. Nikah (ikatan resmi menurut agama)
6. Batatai (proses akhir dari perkimpoian Banjar, upacara bersanding/pesta perkimpoian)

Ditambah berbagai proses lainnya yang semuanya dilakukan di kediaman mempelai wanita. Karena perkimpoian merupakan salah satu hal terpenting dalam hidup, maka keluarga kedua mempelai berupaya semaksimal mungkin untuk memberikan kesan dan keistimewaan serta fasilitas kepada kedua mempelai, mereka dilayani bagai seorang raja dan ratu sehingga sering diberi julukan Raja Sahari (raja satu hari)

1. Busana Adat Pengantin Banjar Baamar Galung Pancaran Matahari

2. Busana Adat Pengantin Banjar Baamar Galung Modifikasi

3. Busana Adat Pengantin Banjar Babajukun Galung Pacinan

4. Busana Adat Pengantin Banjar Bagajah Gamuling Baular Lulut

Baju Adat Padang

Busana pengantin

Pengantin Padang

Di Sumatra barat, terdapat beberapa variasi busana adat pernikahan yang dipakai oleh pasangan mempelai.Perbedaan ini berdasarkan pembagian beberapa adat nagari di Sumatra barat.

Busana pengantin kota Padang memiliki kekhasan tersendiri dibandingkan busana daerah lain di Minangkabau.dalam sejarah nya selain oleh budaya Minangkabau, busana pengantin kota Padang juga dipengaruhi oleh kebudayaan busana negara-negara Eropa danTiongkok.Hal ini terlihat dari segi corak dan pemilihan warna.

Busana tradisional wanita Minang

Pakaian Limpapeh Rumah Nan Gadang

Lambang kebesaran wanita Minangkabau disebut “Limpapeh Rumah nan gadang”. Limpapeh artinya tiang tengah pada sebuah bangunan dan tempat memusatkan segala kekuatan tiang-tiang lainnya. Apabila tiang tengah ini ambruk maka tiang-tiang lainnya ikut jatuh berantakan. Dengan kata lain perempuan di Minangkabau merupakan tiang kokoh dalam rumah tangga. Pakaian Limpapeh Rumah Nan Gadang tidak sama ditiap-tiap nagari, seperti dikatakan “Lain lubuk lain ikannyo, lain padang lain bilalangnyo”. Namun demikian pakaian Limpapeh Rumah Nan Gadang mempunyai sifat umum yang akan kita kemukakan dalam tulisan ini.

Baju Batabue (Baju Bertabur)

Baju bertabur maksudnya naju yang ditaburi dengan benang emas. Tabur emas ini maksudnya kekayaan alam Minangkabau. Pakaian bertabur dengan benang emas bermacam-macam ragam mempunyai makna bercorak ragamannya masyarakat Minangkabau namun masih tetap dalam wadah adat Minangkabau.

Minsie

Minsie adalah bis tepi dari baju yang diberi benang emas. Pengertian minsie ini untuk menunjukkan bahwa demokrasi Minangkabau luas sekali, namun berada dalam batas-batas tertentu di lingkungan alur dan patut.

Tingkuluak (Tengkuluk)

Tengkuluk merupakan hiasan kepala perempuan yang berbentuk runcing dan bercabang. Pengertiannya adalah Limpapeh Rumah Nan Gadang di Minangkabau tidak boleh menjunjung beban atau beban yang berat.

Lambak atau Sarung

Sarung wanitapun bermacam ragam, ada yang lajur ada yang bersongket dan ada yang berikat. Sarung untuk menutup bagian tertentu sehingga sopan dan tertib dipandang mata. Tentang susunannya sangat dipengaruhi oleh situasi dan kondisi suatu daerah. Oleh karena itu ada yang berbelah di belakang, ada yang dimuka dan ada yang disusun dibelakang.

Salempang

Pengertian yang terkandung pada salempang ini adalah untuk menunjukkan tanggungjwab seorang Limpapeh Rumah Nan Gadang terhadap anak cucunya dan waspada terhadap segala sesuatu, baik sekarang maupun untuk masa yang akan datang.

Dukuah (Kalung)

Kalung yang dipakai oleh Limpapeh Rumah Nan Gadang tiap nagari dan Luhak di Minangkabau bermacam-macam. Ada yang disebut kalung perada, daraham, cekik leher, kaban, manik pualam dan dukuh panyiaram. Dukuh melambangkan bahwa seorang Limpapeh selalu dalam lingkaran kebenaran, seperti dukuh yang melingkar di leher. Dukuh juga melambangkan suatu pendirian yang kokoh dan sulit untuk berubah atas kebenaran. Hal ini dikemukakan “dikisabak dukuah dilihia, dipaliang bak cincin di jari”.

Galang (Gelang)

Terhadap gelang ini dikiaskan “Nak cincin galanglah buliah”(ingin cincin gelang yang dapat)”. Maksudnya rezeki yang diperoleh lebih dari yang diingini. Gelang adalah perhiasan yang melingkari tangan dan tangan dipergunakan untuk menjangkau dan mengerjakan sesuatu. Terhadap gelang ini diibaratkan bahwa semuanya itu ada batasnya. Terlampau jangkau tersangkut oleh gelang. Maksudnya dalam mengerjakan sesuatu harus disesuaikan dengan batas kemampuan. Menurut ragamnya gelang ini ada yang disebut “galang bapahek, galang ula, kunci maiek, galang rago-rago, galang basa”.

Palaminan

Pelaminan adalah tempat kedudukan orang besar seperti raja-raja dan penghulu. Pada masa dahulu hanya dipakai pada rumah adat namun sekarang juga dipakai pada pesta perkawinan. Hal ini mungkin disebabkan marapulai dan anak dara sebagai raja dan ratu sehari. Perangkatan pelaminan mempunyai kaitan dengan hidup dan kehidupan masyarakat adat Minangkabau. Dahulu memasang pelaminan pada sebuah rumah harus dengan seizin penghulu adat dan harus memenuhi ketentuan-ketentuan adat yang berlaku. Pelaminan mempunyai bahagian-bahagian dan semuanya saling melengkapi.

Busana tradisional pria Minang

Pakaian adat yaitu semua kelengkapan yang dimaksud dengan pakaian adat yaitu semua kelengkapan yang dipakai oleh seseorang yang menunjukkan ethos kebudayaan suatu masyarakat. Dengan melihat pakaian seseorang, orang akan mengatakan bahwa orang tsb dari daerah sana, dan ini akan lebih jelas bila ada pawai Bhinneka Tunggal Ika. Jadi pakaian adat mewakili masyarakat dan adat sesuatu daerah membedakannya dengan adat daerah lain. Sehubungan dengan hal tsb, maka yang akan dikemukakan dalam tulisan ini adalah pakaian adat yang biasa dipakai oleh pemangku adat dan kaum wanita di Minangkabau yang disebut juga dengan pakaian kebesaran.

Pakaian Penghulu

Pakaian Penghulu merupakan pakaian kebesaran dalam adat Minangkabau dan tidak semua orang dapat memakainya. Di samping itu pakaian tersebut bukanlah pakaian harian yang seenaknya dipakai oleh seorang penghulu, melainkan sesuai dengan tata cara yang telah digariskan oleh adat. Pakaian penghulu merupakan seperangkat pakaian yang terdiri dari

Destar

Deta atau Destar adalah tutup kepala atau sebagai perhiasan kepala tutup kepala bila dilihat pada bentuknya terbagi pula atas beberapa bahagian sesuai dengan sipemakai, daerah dan kedudukannya. Deta raja Alam bernama “dandam tak sudah” (dendam tak sudah). Penghulu memakai deta gadang (destar besar) atau saluak batimbo (seluk bertimba). Deta Indomo Saruaso bernama Deta Ameh (destar emas). Deta raja di pesisir bernama cilieng manurun (ciling menurun). Destar atau seluk yang melilit di kepala penghulu seperti kulit yang menunjukkan isi dengan pengertian destar membayangkan apa yang terdapat dalam kepala seorang penghulu. Destar mempunyai kerut, merupakan banyak undang-undang yang perlu diketahui oleh penghulu dan sebanyak kerut dester itu pulalah hendaknya akal budi seorang penghulu dalam segala lapangan. Jika destar itu dikembangkan, kerutnya mesti lebar. Demikianlah paham penghulu itu hendaklah lebar pula sehingga sanggup melaksanakan tugasnya sampai menyelamatkan anak kemenakan, korong kampung dan nagari. Kerutan destar juga memberi makna, bahwa seorang penghulu sebelum berbicara atau berbuat hendaklah mengerutkan kening atau berfikir terlebih dahulu dan jangan tergesa-gesa.

Baju

Baju penghulu berwarna hitam sebagai lambang kepemimpinan. Hitam tahan tapo, putiah tahan sasah (hitam tahan tempa, putih tahan cuci). Dengan arti kata umpat dan puji hal yang harus diterima oleh seorang pemimpin. Dengan bahasa liris mengenai baju ini dikatakan “baju hitam gadang langan, langan tasenseng bukan dek bangih, pangipeh angek nak nyo dingin, pahampeh gabuek nak nyo habih (baju hitam besar lengan, lengan tersinsing bukan karena marah, pengipas hangat supaya dingin, pengipas debu supaya habis). Lengan baju diberi benang makau, benang besar diapit oleh benang kecil yang mempunyai pengertian orang besar mempunyai pengiring. Mengenai leher besar mempunyai pengiring. mengenai leher baju dikatakan lihie nan lapeh tak bakatuak, babalah hampie ka dado (leher yang lepas tidak berkatuk, berbelah hampir kedada) yang mempunyai arti seorang penghulu alamnya lapang buminya luas. Gunuang tak runtuah dek kabuik, lawuik tak karuah dek ikan, rang gadang martabatnyo saba, tagangnyo bajelo-jelo, kaduonyo badantiang-dantiang, paik manih pandai malulua, disitu martabat bahimpunnyo (gunung tidak runtuh karena kabut, laut tidak keruh karena ikan. Orang besar martabatnya besar, tegangnya berjela-jela, kendurnya berdenting-denting, pahit manis pandai melulur, disana martabat berhimpunnya). Pengertian yang terkandung didalamnya adalah seorang penghulu yang tidak goyah wibawa dan kepemimpinannya dalam menghadapi segala persoalan dan dia harus bijaksana dalam menjalankan kepemimpinannya.

Sarawa

Ungkapan adat mengenai sarawa ini mengatakan “basarawa hitan gadang kaki, kapanuruik alue nan luruih, kapanampuah jalan pasa dalam kampung, koto jo nagari, langkah salasai jo ukuran (bercelana hitam besar kaki, kepenurut alur yang lurus, kepenempuh jalan yang pasar dalam kampung, koto dan nagari langkah selesai dengan ukuran). Celana penghulu yang besar ukuran kakinya mempunyai pengertian bahwa kebesarannya dalam memenuhi segala panggilan dan yang patut dituruti dalam hidup bermasyarakat maupun sebagai seorang pemangku adat. Kebesarannya itu hanya dibatasi oleh salah satu martabat penghulu, yaitu murah dan mahal, dengan pengertian murah dan mahal hatinya serta perbuatannya pada yang berpatutan.

Sasampiang (Sesamping)

Sasampiang adalah selembar kain yang dipakai seperti pada pakaian baju teluk belanga. Warna kain sesampiang biasanya berwarna merah yang menyatakan seorang penghulu berani. Sesamping juga biasanya diberi benang makau (benang berwarna-warni) dalam ukuran kecil-kecil yang pengertiannya membayangkan ilmu dan keberanian di atas kebenaran dalam nagari. Keindahan kain menunjukkan hatinya kaya, sentengnya hingga lutut untuk menyatakan bahwa seorang penghulu hatinya miskin di atas yang benar. Pengertian kaya yaitu seorang penghulu berlapang hati terhadap sesuatu perbuatan yang baik yang dilakukan oleh anak kemenakannya. Sebagai contoh ada sesuatu pekerjaan yang dilakukan oleh keponakannya tetapi tidak setahu dia. Karena pekerjaan itu baik maka tidak menghalangi dan malahan ikut menyelenggarakannya.

Cawek (Ikat Pinggang)

Mengenai cawek ini diungkapkan “cawek suto bajumbai alai, saeto pucuak rabuang, saeto jumbai alainyo, jambuah nan tangah tigo tampek. Cawek kapalilik anak kemenakan, panjarek aka budinyo, pamauik pusako datuak, nak kokoh lua jo dalam, nak jinak nak makin tanang, nak lia nak jan tabang jauah. Kabek salilik buhua sentak, kokoh tak dapek diungkai, guyahnyo bapantang tangga, lungga bak dukua di lihia, babukak mako ka ungkai, jo rundiang mako ka tangga, kato mufakaik kapaungkai. Cawek penghulu dalam pakaian adat ialah dari kain dan ada kalanya kain sutera. Panjang dan lebarnya harus sebanding atau lima banding satu hasta dan ujungnya pakai jumbai dan hiasan pucuk rebung. Arti yang terkandung dari cawek ini dapat disimpulkan bahwa seorang penghulu harus cakap dan sanggup mengikat anak kemenakan secara halus dan dengan tenang mendapatkan akal budinya.

Sandang

Sesudah memakai destar dan baju, celana serta sesamping maak dibahu disandang pula sehelai kain yang bersegi empat. Kain segi empat inilah yang disebut sandang. Kain segi empat yang disandang ini dalam kata-kata simbolisnya dikatakan “sandang pahapuih paluah di kaniang, pambungkuih nan tingga bajapuik”, pangampuang nan tacicie babinjek”. Pengertiannya adalah bahwa seorang penghulu siap menerima anak kemenakan yang telah kembali dari keingkarannya dan tunduk kepada kebenaran menurut adat. Begitu juga segala ketinggalan ditiap-tiap bidang moril maupun materil selalu dijemput atau dicukupkan menurut semestinya.

Keris

Penghulu bersenjatakan keris yang tersisip di pinggang. Orang yang tidak penghulu, tidak dibenarkan memakai keris; kecuali menyimpannya. Keris merupakan kebesaran bagi penghulu dan mengandung arti yang mendalam. Pemakaiannya tertentu dengan kelengkapan pakaiannya, letaknya condong ke kiri dan bukan ke kanan yang mudah mencabutnya. Letak keris ini mengandung pengertian bahwa seorang penghulu harus berfikir terlebih dahulu dan jangan cepat marah dalam menghadapi sesuatu persoalan, apalagi main kekerasan. Gambo atau tumpuan punting keris; artinya penghulu adalah tempat bersitumpu bagi anak kemenakan untuk mengadukan sakit senang. Kokoh keris bukan karena embalau, dengan pengertian bahwa yang memberi kewibawaan bagi penghulu, adalah hasil perbuatannya sendiri. Mata keris yang bengkok-bengkok, ada yang bengkoknya dua setengah patah; ada yang lebih. Pengertiannya adalah penghulu harus mempunyai siasat dalam mejalankan tugasnya. Mata keris balik bertimba dan tidak perlu diasah semenjak dibuat dengan pengertian bahwa kebesaran penghulu dan dibesarkan oleh anak kemenakan dan nagari. Tajamnyo indak malukoi, mamutuih indak diambuihkan (tajam tidak melukai, memutus tidak dihembuskan), dengan pengertian seorang penghulu tidak fanatik, tidak turut-turutan kepada paham dan pendapat orang lain, percaya pada diri dan ilmunya. Bahasa lirisnya terhadap keris ini diungkapkan “senjatonyo karih kabasaran sampiang jo cawak nan tampeknyo, sisiknyo tanaman tabu, lataknyo condong ka kida, dikesongkan mako dicabuik. Gambonyo tumpuan puntiang, tunangannyo ulu kayu kamek, bamato baliek tatimbo, tajamnyo pantang malukoi, mamutuih rambuik diambuihkan. Ipuehnyo turun dari langik, bisonyo pantang katawaran, jajak ditikam mati juo, kepalawan dayo urang aluih, kaparauik lahie jo batin, pangikih miang di kampuang, panarah nan bungkuak sajangka, lahia batin pamaga diri patah muluik tampek kalah, patah karih bakeh mati”.

Tungkek (Tongkat)

Tongkat juga merupakan kelengkapan pakaian seorang penghulu. Mengenai tongkat ini dikatakan “Pamenannya tungkek kayu kamek, ujuang tanduak kapalo perak. Panungkek adat jo pusako, barih tatagak nan jan condong, sako nan kokoh diinggiran. Ingek samantaro sabalun kanai, gantang nak tagak jo lanjuangnyo. Tongkat yang dibawa penghulu sebagai kelengkapan pakaiannya bukan untuk menunjukkan penghulu itu tua umur, melainkan seorang penghulu itu yang dituakan oleh kaum, suku dan nagarinya. Dia didahulukan selangkah, ditinggikan seranting.

Baju Adat Jambi

PAKAIAN ADAT JAMBI

PAKAIAN ADAT JAMBI:

Busana Tradisional Melayu Jambi
Suku Melayu Jambi adalah sebutan bagi orang-orang Melayu yang mendiami daerah sepanjang sungai Batang Hari, propinsi Jambi.
Dalam berbusana kaum wanita sehari-hari pada awalnya hanya dikenal dengan kain dan baju tanpa lengan.
Sedangkan kaum prianya mengenakan celana setengah ruas yang melebar pada bagian betisnya dan umumnya berwarna hitam, sehingga lebih leluasa geraknya dalam melakukan kegiatan seharihari. Pakaian untuk pria ini dilengkapi dengan kopiah sebagai penutup kepala.
Pada perkembangan berikutnya dikenal adanya pakaian adat. Pakaian adat ini lebih mewah daripada pakaian sehari-hari yang dihiasi dengan sulaman benang emas dan pemakaian perhiasan sebagai pelengkapnya.

a. Pakaian Adat Pria
Laki-laki suku Melayu Jambi dalam berpakaian adat mengenakan lacak di kepalanya.Lacak ini terbuat dari: kain beludru warna merah yang diberi kertas tebal di dalammnya agar menjadikannya keras. Tutup kepala ini memiliki dua bagian yang menjulang tinggi, dengan julangan yang lebih tinggi pada bagian depannya.
Sebagai hiasan terdapat lukisan flora dari daun, tangkai clan bunga yang akan mekar. Bagian pinggir sebelah kanan diberi lukisan tali runci, yang diimbangi oleh penempatan bungo runci di sebelah kiri. Bungo runci ini berwarna putih dirangkai dengan benang, dapat berupa bunga asli atau tiruannya. Bajunya disebut baju kurung tanggung berlengan panjang. Disebut tanggung karena panjangnya hanya sedikit di bawah siku tidak sampai ke pergelangan tangan.
Hal ini mengandung makna seseorang harus tangkas clan cekatan dalam mengerjakan sesuatu pekerjaan. Bahannya terbuat dari beludru warna merah diberi sulaman benang emas. Bagian tengahnya terdapat motif kembang bertabur atau kembang tagapo dan kembang melati, sedang bagian pinggirnya bermotifkan kembang berangkai atau pucuk rebung. Penutup bagian bawah disebut cangge (celana).
Bahannya masih dari beludru yang dilengkapi dengan tali sebagai ikat pinggang. Sudah menjadi kebiasaan di daerah Jambi mengenakan kain sarung songket yang dililitkan di pinggul. Tutup dadanya disebut teratai dada, karena bentuknya seperti bunga teratai dipasang melingkar leher sehingga menyerupai kerah. Kedua tangan dihiasi gelang kilat bahu terbuat dari logam celupan berlukiskan naga kuning.
Lukisan naga ini mengandung makna bila seseorang telah diberi kekuasaan janganlah diganggu. Dikenakan pula selempang yang menyilang badan terbuat dari songket warna merah keungu-unguan sebagai pasangan kain sarung dengan motif bunga berangkai clan beranting. Bagian pinggangnya dihiasi dengan selendang tipis warna merah jambu yang pada ujung ujungnya diberi umbai-umbai warna kuning.
Untuk memperkuat bagian pinggang ini digunakan pending berupa rantai dengan sabuk sebagai kepala terbuat dari logam. Kelengkapan lainnya adalah keris clan selop. Biasanya diselipkan di perut menyerong ke kanan melambangkan kebesaran sekaligus untuk berjaga-jaga. Sedangkan selop atau alas kaki yang berbentuk setengah sepatu berfungsi untuk melindungi kaki saat berjaalan.

b. Pakaian Adat Wanita
Busana untuk perempuan terdiri dari kain sarung songket dan selendang songket warna merah. Bajunya disebut baju kurung tanggung bersulam benang emas dengan motif hiasan bunga melati, kembang tagapo, dan pucuk rebung.
Tutup kepalanya disebut pesangkon yang terbuat dari kain beludru merah dengan bagian dalam diberi kertas karton agar keras.
Ada juga yang menyebut duri pandan karena pada bagian depan tutup kepala ini diberi hiasan dari logam berwarna kuning berbentuk duri pandan. Untuk lebih memperindah diberi sulaman emas dengan motif bunga melati pecah.
Kelengkapan busana perempuan lebih banyak dibandingkan dengan yang dikenakan oleh pria. Pada perempuan dikenakan anting-anting atau antan dengan motif kupu-kupu atau gelang banjar. Kalungnya terdiri dari tiga jenis, yaitu kalung tapak, kalung jayo atau kalung bertingkat dan kalung rantai sembilan. Pada jari-jarinya terpasang cincin pacat kenyang dan cincin kijang atau capung.
Jumlah gelang yang dipakai pun lebih banyak meliputi gelang kilat bahu masing-masing lengan dua buah. Masih ditambah dengan gelang kano, gelang ceper dan gelang buku beban. Kesemuanya di pasang di lengan. Khusus untuk gelang buku beban bahannya berasal dari permata putih. Sementara untuk kaki dikenakan gelang nago betapo dan gelang ular melingkar. Disebut demikian karena bentuknya yang menyerupai naga dalam dongeng sedang tidur clan ular yang melingkar membentuk bulatan.
Sedangkan unsur-unsur kelengkapan yang lain seperti teratai dada (tutup dada),pending dan sabuk (ikat pinggang), selendang, dan selop hampir sama dengan yang dikenakan pria. Bedanya bentuk motif yang lebih besar pada teratai dada dan pending.

c. Pakaian Baselang
Acara pada adat suku jambi dibedakan menjadi dua, kecil dan besar. Pembedaan ini mempengaruhi pada variasi pakaian yang dikenakan, khususnya yang dikenakan para gadis. Jika acaranya kecil maka pakaian yang dikenakanberfungsi ganda sebagai pakaian upacara maupun bekerja.
Kelengkapannya dengan sarung warna merah yang dipakai sedikit di bawah lutut (tanggung) dan baju kurung berlengan tanggung yang letaknya di luar kain, -selendang warna merah dililitkan di kepala serta membawa perlengkapan lain seperti ani-ani dan kiding (tempat padi).
Pada acara besar pakaian dibedakan untuk upacara dan bekerja. Dalam rangkaian upacara tersebut terdapat hiburan sehingga pakaian yang dikenakan pun lebih bagus.
Selendang songket yang dikenakan sebagai penutup kepala diberi sulaman benang emas dan umbai-umbai di ujungnya.

Sumber : Pecinta Budaya Jambi

Baju Adat Aceh

Busana Adat Pengantin Aceh

1. Pengantar
Aceh adalah salah satu sukubangsa asal1) di Provinsi Nangroe Aceh Darussalam. Di sana mereka tersebar di Kabupaten: Aceh Besar, Pidie, Aceh Utara, sebagian Aceh Timur, sebagian Aceh Barat, sebagian Aceh Selatan, Kota Banda Aceh, dan Kota Sabang. Mereka menyebut dirinya “Ureueng Aceh” yang berarti “Orang Aceh”. Sebagaimana masyarakat sukubangsa lainnya di Indonesia, mereka juga menumbuhkembangkan pakaian tradisional (adat) sebagai simbol jatidirinya. Salah satu diantaranya adalah pakaian yang dikenakan oleh pengantin laki-laki (Peukayan Linto Baro) dan pengantin perempuan (Peukayan Dara Baro) dalam upacara perkawinan. Artikel ini akan mencoba menguraikan, tidak hanya bagian-bagian dari kedua pakain tersebut, tetapi juga makna simbolik dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya.
2. Busana Pengantin Laki-laki (Peukayan Linto Baro)
Busana yang dikenakan oleh pengantin laki-laki terdiri atas: tutup kepala/kopiah (kupiah meukeutob), baju (bajee), celana (siluweue), kain sarung/songket (ija krong), senjata, sepatu dan hiasan-hiasan (aksesoris) lain. Dengan perkataan lain, busana pengantin laki-laki terdiri atas 3 bagian, yaitu: atas, tengah, dan bawah. Sedangkan, perhiasan yang dikenakan terdiri atas: taloe jeuem (seuntai tali jam yang terbuat dari perak sepuh yang disepuh emas); boh ru bungkoih (sejenis hiasan yang terdiri dari buah eru/cemara dan buah pinang muda); dan rencong1 (senjata tradisional orang Aceh). Untuk lebih jelasnya berikut ini adalah uraian tentang bagian-bagian dan kelengkapannya.
a. Busana Bagian Atas
Sebagaimana telah disinggung di atas, busana yang dikenakan oleh pengantin laki-lakipada bagian atas adalah kopiah (kupiah meukeutob). Kopiah ini bentuknya seperti topi bangsa Turki yang dililiti dengan kain tengkuluk, yaitu kain yang kain yang berukuran 95 x 95 cm, terbuat dari sutera berwarna merah hati, kuning, hijau atau hitam2. Kain ini penuh dengan hiasan motif-motif pucuk rebung (pucok reubong), bunga tanjung (bungong kupula), bunga cabai (bungong campli), bungong meulu (bunga melur), bungong geuti, bungong tron, bungong puteng, tali air (taloe ie) dan iris wajik. Kain ini bagian atasnya dilipat sedemikian rupa sehingga berbentuk ban.Sedangkan, bagian belakangnya membentuk segitiga yang kedua ujungnya mencuat ke atas sehingga berbentuk piramid atau tumpak. Topi juga dihiasi dengan tampuk kopiah berbantuk bintang segi-delapan yang terdiri dari tiga tingkatan. Tampuk ini terbuat dari emas dan masing-masing pipa yang berbentuk silinder disematkan permata ceylon putih. Sedangkan, pada bagian puncak disematkan permata ceylon warna merah dan bentuknya agak besar. Hiasan lain yang terdapat pada topi yaitu hiasan rumbai-rumbai (prik-prik) yang terbuat dari emas serta permata yang terdiri dari empat bagian (tingkat yang satu dengan yang lainnya dihubungkan dengan rantai emas sehingga berbentuk secara keseluruhannya seperti daun sukun).
b. Busana Bagian Tengah
Busana bagian tengah berupa jas lengan panjang yang berkerah Cina dan berkancing dua buah (baje kot). Pada leher bagian depan, saku dan ujung tangan dihiasi sulaman benang emas dengan motif pucuk rebung. Pada bagian lubang kancing disulam dengan benang emas bermotif daun berpucuk tiga yang masing-masing menjalar ke kiri dan ke kanan. Kancing terbuat dari emas yang berbentuk buah eru (boh ru), atau piramid dengan bentuk piligram. Pada salah satu lubang kancing disematkan perhiasan tali jam yang berbentuk rantai dan mempunyai mainan yang bermotif ikan. Kemudian, pada pinggangnya diselipkan sebilah senjata tusuk, yaitu “siwaih” atau “reuncong merupeucok” yang biasanya bertatahkan emas dan permata3. Pemakaian topi dan senjata pada pengantin laki-laki mempunyai arti simbolis yang sama, yaitu menunjukkan sikap keperkasaan.
c. Busana Bagian Bawah
Busana bagian bawah berupa celana (siluweue) yang pada umumnya terbuat dari kain katun dan wol warna hitam. Bagian bawah celana ini agak melebar dan diberi sulaman ragam hias benang emas dengan motif pilin tali yang berbentuk pucuk rebung. Celana yang diberi ragam hias pada ujung kaki ini disebut “siluweue meutunjong”. Bagian pinggang celana ini dililitkan kain sarung songket sutera yang disebut ija krong sampai batas kira-kira 10 cm di atas lutut.
d. Perhiasan
Perhiasan atau atau aksesoris yang dikenakan oleh pengantin laki-laki, sebagaimana telah disebutkan di atas, terdiri atas: taloe jeuem, boh ru pineung, dan Reuncong. Taloe jeuem adalah seuntai tali jam yang terbuat dari perak sepuh emas. Tali ini terdiri dari rangkaian cincin-cincin kecil yang berbentuk rantai dengan hiasan ikan (dua ekor) dan satu bentuk kunci. Pada kedua ujung rantai terdapat kait berbentuk angka delapan. Cara memakainya disangkutkan pada baju adat di bagian dada. Sedangkan, kait lainnya dipergunakan untuk mengakait jam yang berbentuk bulan (lihat foto di bawah ini).
Boh ru bungkoih adalah sejenis hiasan yang terdiri dari boh ru (buah eru/cemara) dan boh pineung muda (buah pinang muda). Buah tersebut diukir sedemikian rupa sehingga bentuknya seperti pilar gantung di bangunan rumah tradisional Aceh. Boh ru diikatkan pada kain pembungkus yang biasanya terbuat dari kain sutera.
Reuncong (Rencong4) adalah senjata tradisional Aceh. Senjata ini bentuknya menyerupai huruf L. Rencong termasuk dalam kategori dagger/belati (bukan pisau ataupun pedang). Rencong ini yang digunakan oleh Raja atau Sultan biasanya terbuat dari gading (sarung) dan emas murni (bagian belatinya). Sedangkan, rencong-rencong lainnya biasanya terbuat dari tanduk kerbau atau kayu (sarungnya) dan kuningan atau besi putih (belatinya). Di bawah ini adalah foto seorang pengantin laki-laki Aceh.
3. Busana Pengantin Perempuan (Peukayan Dara Baro)
Sebagaimana busana yang dikenakan oleh pengantin laki-laki, busana yang dikenakan oleh pengantin perempuan juga terdiri atas tiga bagian, yaitu: atas, tengah, dan bawah. Sedangkan, perhiasan yang dikenakan lebih banyak macamnya ketimbang perhiasan yang dikenakan oleh pengantin laki-laki. Berikut ini adalah uraian tentang bagian-bagian dan kelengkapannya.
a. Busana Bagian Atas
Busana bagian atas yang dikenakan oleh pengantin perempuan adalah culok ok (tusuk sanggul). Apa yang disebut sebagai culok ok banyak macamnya. .Ada yang terbuat dari lempengan tembaga dengan bentuk menyerupai rangkaian bunga yang bersusun tiga dan bintang pecah delapan yang pada sisinya terdapat ukiran motif bunga dengan sebuah permata di bagian puncaknya; dan ada pula culok ok yang bentuknya menyerupai bunga cempaka. Culok ok ini bagian puncaknya (sari) berbentuk per yang ujungnya diberi ada permata ceylonnya (6 butir). Ada juga culok ok yang bentuknya sama (menyerupai bunga cempaka), tetapi sarinya diberi 9 butir permata ceylon. Selain itu, ada tusuk sanggul yang disebut ceukam sanggoy. Tusuk sanggul ini juga terbuat dari tembaga tetapi motifnya bunga tanjung yang terdiri dari sembilan tingkat yang dirangkai pada sebuah lempengan yang melengkung dengan sederet rangkaian bunga.
b. Busana Bagian Tengah
Busana bagian tengah yang dikenakan oleh pengantin perempuan berupa baju lengan panjang. Baju ini berkerah dan bagian depannya diberi boh dokma5 . Biasanya baju ini tidak bersulam. Pada zaman dahulu terbuat dari tenunan tradisional dengan benang sutera. Namun, seiring dengan perkembangan zaman, baju pengantin ini lebih banyak terbuat dari kain sejenis planel atau beludru yang berwarna merah. Di bawah baju tersebut dililitkan kain sarung songket (ija krong sungket) yang menutupi sebagian celana dan baju. Untuk mengencangkan kain ini pengantin perempuan memakai seuntai tali pinggang (taloe ki ieng) yang terbuat dari emas dan perak. Tali pinggang ini terkenal dengan sebutan “tali pinggang patah sembilan” (taloe ki ieng patah sikureueng).
c. Busana Bagian Bawah
Busana bagian bawah yang dikenakan oleh pengantin perempuan biasanya berupa celana yang terbuat dari kain planel/katun (dulu dari tenunan benang sutera). Celana yang kedua ujungnya disulam dengan benang emas/perak.yang bermotif suluran daun, pucuk rebung dan bunga tabur uang ini disebut “siluweue meutunjong”.
d. Perhiasan
Perhiasan yang dikenakan oleh pengantin perempuan bermacam-macam, yaitu: patam dhoe, subang pinto aceh, subang bungong mata uroe, taloe keutab lhee lapeh, keureusang, peuniti, simplah, taloe kiieng, ikay, gleung joroe, gleueng jaroe pucok reubong, euncien pinto aceh, dan gelang kaki. Untuk lebih jelasnya berbagai jenis perhiasaan itu akan diuraikan berikut ini.
Patam dhoe adalah salah satu perhiasan yang diletakkan di dahi. Perhiasan ini berbentuk seperti mahkota yang bagian tengahnya diukir dengan motif tumpal dan sulur daun. Perhiasan yang beratnya 160 gram ini terbuat dari emas 24 karat dan lima butir serkonia putih..Pada bagian kiri dan kanannya dihiasi dengan motif pohon, daun, dan bunga berbentuk hati. Sementara, bagian tengahnya diukir piligram berbentuk kaligrafi dengan tulisan Allah dan Muhammad (motif ini disebut bungong kalimah) yang dilingkari dengan ukiran motif bulatan-bulatan kecil dan bunga. Sebagai catatan, apabila pengantin perempuan telah mengenakan perhiasan ini berarti sejak saat itu ia telah dinobatkan sebagai isteri yang sah, terlepas dari tanggung jawab orang tuanya, dan telah resmi membentuk rumah tangganya sendiri.
Subang pinto aceh adalah sepasang subang atau anting-anting yang terbuat dari emas 22 karat. Subang ini bermotif boh eungkot (bulatan-bulatan kecil seperti telur ikan) yang diilhami oleh bentuk pintu rumah tradisional masyarakat Aceh. Pada bagian bawahnya diberi rumbai-rumbai yang berbentuk rantai sebagai hiasan tambahan.
Subang bungong mata uroe (sabang bunga matahari) adalah sepasang subang yang terbuat dari emas dan permata. Motif subang ini menyerupai bunga matahari. Ujung kelopaknya yang runcing terdiri dari beberapa bagian. Bagian atas berupa lempengan berjumlah 16 helai dengan bentuk matahari yang ditengahnya diberi hiasan beberapa buah batu permata (dimasukkan ke dalam pipa-pipa yang disebut eumpung mata/kuk anam). Pada bagian tengah terdapat sari bunga yang disebut “dadamon”. Dan, pada bagian bawah disebut bingke (lihat foto di bawah ini).
Taloe Takue Bieng Meuih adalah seuntai kalung yang terbuat dari emas. Kalung ini terdiri dari satu rantai dengan tujuh keping hiasan (6 keping berbentuk hati dan satu keping berbentuk kepiting).
Euntuek Bungong Ranub adalah kalung yang terbuat dari emas dengan motif buang sirih (bungong ranub). Sedangkan, euntuek ajeumat (kalung azimat) adalah kalung manik-manik dengan motif boh bili. Kalung ini pada bagian tengahnya digantungkan sebuah azimat yang terbuat dari emas dengan ukiran motif bunga dan daun yang diberi cawardi (email).
Keutab lhee lapeh (kalung tiga lapis) adalah kalung yang terbuat dari perak sepuh emas. Bentuknya menyerupai bulan sabit bersusun tiga yang satu dengan lainnya dihubungkan dengan rantai. Setiap susun diukir dengan motif bungong urot (suluran) dan tengahnya diberi permata merah delima.
Keureusang (bross) adalah perhiasan dada yang disematkan di baju perempuan. Perhiasan ini terbuat dari emas yang bertatahkan intan dan berlian. Bentuk keseluruhannya seperti hati dan dihiasi dengan intan dan berlian sejumlah 102 butir. Keureusang ini digunakan sebagai penyemat baju atau seperti peniti di bagian dada. Oleh karena perhiasan ini merupakan barang mewah, maka biasanya yang memakainya adalah orang-orang tertentu
Peuniti adalah seuntai peniti yang terbuat dari emas. Peniti ini berbentuk tiga buah hiasan bermotif pinto aceh yang dibuat dengan ukiran piligram dan dijalin dengan motif bentuk pucuk pakis dan bunga. Pada bagian tengahnya terdapat motif boh eungkot (bulatan-bulatan kecil seperti telur). Peniti ini disamping sebagai perhiasan, juga sekaligus sebagai penyemat baju
Simplah adalah suatu perhiasan dada untuk perempuan yang terbuat dari perak sepuh. Simplah terdiri dari 24 buah lempengan segi enam dan dua buah lempengan segi delaman. Setiap lempengannya dihiasi dengan ukiran motif daun dan bunga serta permata merah di tengahnya. Lempengan-lempengan tersebut dihubungkan dengan dua untai rantai dengan ukuran panjang sekitar 51 cm dan lebar 5 cm. Cara pemakaiannya dengan digantungkan pada kedua pundak dengan cara menyilang di bagian dada dan punggung
Taloe kiieng adalah seutas tali pinggang yang terbuat dari perak sepuh emas. Tali pinggang ini terdiri dari sepuluh lempengan, yang masing-masing dihubungkan dengan sistem engsel. Bentuk lempengan masing-masing persegi empat panjang. Lempengan yang paling ujung berbentul oval diberi kait untuk menyangkutkannya pada lubang lempengan yang paling akhir dan siap untuk dipakai.
Ikay adalah sebuah gelang tangan terbuat dari emas, suasa dan perak. Bentuknya seperti lingkaran sebuah roda. Bagian dalam (dasar) terbuat dari lempengan perak, sedangkan bagian luarnya atau atas dilapisi suasa dan emas dengan ukiran motif putar tali dan bungong tanjung. Gelang ini dipakai pada bagian atas dari siku. Di daerah Gayo dan Alas gelang ini disebut “keheng”.
Gleung joroe adalah sebuah kelang tangan yang terbuat dari emas dan permata. Gelang ini terdiri dari lima rantai yang saling terkait dan masing-masing rantai dihubungkan pada dua lempengan emas. Pada bagian pinggir sebelah depan dihiasi dengan ukiran motif pucuk rebung. Kedua bagian pangkal penghubung diberi ukiran suluran dan disematkan masing-masing sisi lima butir permata. Sedangkan, bagian badan diberi motif bungong kupula (bunga tanjung) yang bersemat sebutir permata.
Gleueng jaroe pucok reubong adalah sepasang gelang tangan yang terbuat dari perak sepuh. Gelang ini terbagi atas dua bagian yang dihubungkan dengan sistem engsel. Bagian atas berupa ukiran piligram dengan motif tumpal dan kaligrafi (bungong, kalimah) bertuliskan “Allah” yang melingkari sekeliling gelang tersebut. Gelang ini dipakai pada kedua belah tangan. Motif bungong kalimah ini hanya terdapat pada perhiasan-perhiasan yang mewah.
Euncien pinto aceh (cincin pintu aceh) adalah sebuah cincin yang terbuat dari emas dengan hiasan motif pintu aceh. Motif ini dibuat dengan ukiran terawang bermotifkan pucuk pakis dan bunga. Pada bagian tengah terdapat motif boh eungkot (telur ikan). Motif ini diilhami dari bentuk pintu rumah Aceh yang sekarang dikenal sebagai motif ukiran khas Aceh.
Gleueng goki6 (gelang kaki) adalah satu-satunya perhiasan yang dikenakan pada kaki kaki kiri dan kanan. Gelang ini terbuat dari tembaga berlapiskan perak sepuh. Pada kedua bagian ujungnya agak pipih dan saling bertindih. Gelang ini dihiasi dengan motif pilin tali dengan teknik cane intan (menggunakan jalur-jalur yang mengkilap). T.J. Veltman, menyebutkan gelang ini dengan nama “gleueng meusagoe” (gelang bersegi).
Untuk mengetahui secara lengkap busana yang dikenakan oleh pengantin perempuan Aceh dapat dilihat pada foto berikut ini. Sedangkan, foto brikutnya adalah sepasang pengantin Aceh yang diapit oleh kedua orang tuanya.
4. Nilai Budaya
Busana adat perkawinan beserta perhiasan-perhiasannya apabila dicermati secara mendalam, maka di dalamya mengandung nilai-nilai yang dapat dijadikan sebagai acuan dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Aceh. Nilai-nilai itu antara lain: ketaqwaan, keindahan, keterbukaan dan kesakralan.
Nilai keindahan tercermin dari bentuk-bentuk busana, dan perhiasan yang dikenakan oleh pengantin laki-laki dan perempuan yang motifnya diambil dari bentuk tumbuh-tumbuhan, bulan, awan, binatang dan ayat-ayat suci Al Quran. Nilai kesakralan tercermin dalam upacara perkawinan itu sendiri yang dianggap sakral karena mengikat seorang laki-laki dan seorang perempuan menjadi suami isteri. Untuk itu segala sesuatu yang menyangkut tentang upacara, baik tata cara maupun perlengkapannya (termasuk busana dan perhiasannya) harus dipersiapkan sebaik-baiknya. Kemudian, nilai keterbukaan tercermin dalam makna simbolik dari motif “pinto aceh”, yaitu merupakan cerminan diri orang Aceh yang selalu terbuka bagi siapa saja yang berkunjung ke Aceh. Sedangkan, nilai ketaqwaan tercermin dalam makna simbolik dari motif bungong kalimah yang berupa tulisan “Allah” dan “Muhammad” dan ayat-ayat lainnya dari Al Quran. (ali gufron)
Sumber:
Sulaiman, Nasryuddin dkk. 2000. Pakaian dan Perhiasan Pengantin Etnis Aceh. Aceh: Departemen Pendidikan Nasional.

Baju Adat Jawa Barat

Wednesday, December 7th, 2011 | Kebudayaan Indonesia

Pakaian Adat Jawa Barat

Baju Adat Jawa Gambar Busana Adat Jawa Barat Tengah Timur – Buat Anda yang ingin mengetahui kebudayaan jawa melalui baju daerahnya seperti busana adat Jawa Tengah, baju adat Jawa Timur, pakaian adat Jawa Barat, nama pakaian adat Betawi atau DKI Jakarta serta busana pakaian tradisional dari Yogyakarta dan Banten, Anda bisa lihat gambar pakaian adat tradisional yang ada di pulau jawa yang ada dalam postingan di sini.

Pakaian Adat Jawa Barat – Baju Adat Jawa Gambar Busana Adat Jawa Barat Tengah Timur – Welcome to my Personal Blog by isomwebs There are many topics about Indonesia like indonesia tourism, tourist attractions, art dan culture of indonesia, cheap hotels, indonesian news and entertainment, top celebrities, automotive,education, healthy, etc. All topics on here such as Baju Adat Jawa Gambar Busana Adat Jawa Barat Tengah Timur just for personal notes by blog author and this topic is about Baju Adat Jawa Gambar Busana Adat Jawa Barat Tengah Timur, to get any more information for this related topics of Pakaian Adat Jawa Barat – Baju Adat Jawa Gambar Busana Adat Jawa Barat Tengah Timur you can do a search in the category at contoh surat, This topic is about Baju Adat Jawa Gambar Busana Adat Jawa Barat Tengah Timur by isomwebs.com

Baju Adat Jawa Barat dan Busana Adat Tradisional Daerah Jawa Barat

 

Provinsi Jawa Barat merupakan salah satu provinsi yang ada di Indonesia dan ber-ibukota di Kota Bandung. Kalau melihat budaya jawa barat melalui Pakaian Tradisional yang ada di provinsi ini, pakaian tradisional daerah Jawa Barat memiliki beragam busana dan di golongkan menjadi pakaian rakyat biasa, Pakaian Kaum Menengah, Pakaian Bangsawan/Menak, Pakaian Mojang dan Jajaka serta pakaian pengantin. Baca selanjutnya Pakaian Adat Tradisional Daerah Jawa Barat

Tags:  —

Baju Adat Jawa Timur

Pakaian Adat Jawa Timur

 | December 9, 2011 | 0 Comments

Pakaian Adat Jawa Timur –  Secara sekilas pakaian adat Jawa Timur mirip dengan pakaian adat Jawa Tengah. Hal ini dikarenakan pengaruh kebudayaan dan adat Jawa Tengah sangat banyak.

Namun tetap berbeda, pakaian adat Jawa Tengah mengambarkan  perilaku orang Jawa Tengah yang santun yang berbalut filosofi dalam kain batik.pakaian adat jatim

Sedangkan pada Pakaian adat Jawa Timur mencerminkan ketegasan dan kesederhanaan kebudayaan Jawa Timur.

Selain itu yang membedakan pakain adat Jawa Timur dengan Jawa Tengah adalah penutup kepala yang dipakai atau Odheng. Arloji rantai danf sebum dhungket atau tongkat.

Pakaian adat Jawa Timur biasa disebut dengan Mantenan. Karena biasanya  dipakai pada saat acara perkawinan oleh masyarakat jawa Timur.Selain busana Mantenan, pakaian khas Madura juga termasuk pakain adat Jawa Timur.

Pakaian khas Madura biasa disebut pesa’an. Pakaian ini terkesan sederhana karena hanya berupa kaos bergaris merah putih dan celana longgar. Untuk wanita biasa menggunakan kebaya.

Ciri khas dari kebaya adalah penggunaan kutang polos dengan warna cerah yang mencolok. Sehingga keindahan tubuh si pemakai akan terlihat jelas.

Hal ini merupakan nilai budaya Madura yang sangat menghargai keindahan tubuh. Bukan sebagai sarana pornografi.

Warna – warna yang mencolok dan kuat yang dipakai dalam busana Madura mennjukan karakter orang Madura yang tidak pernah ragu – ragu, berani, terbuka dan terus terang.

Sedangkan untuk para bangsawan menggunakan jas tutup polos dengan kain panjang. Lengkap dengan odeng yang menunjukan derajat kebangsawanan seseorang. (nn)

Sumber : Google

Baju Adat Jawa Tengah

Nama pakaian adat Jawa Tengah adalah kain kebaya, gambar pakaian adat Jawa Tengah dan keterangannya silahkan dilihat pada penjelasan dibawah ini. Pulau Jawa adalah salah satu pulau dengan penduduk terpadat dan bermacam kebudayaan ada didalamnya.

Setelah kemarin saya menulis tentang kebudayaan yang ada di Riau dan tentang pakaian adat Jawa Barat, sekarang mari kita bahas tentang pakaian adat Jawa Tengah. Di Jawa ada bermacam-macam pakain adat yang dikenakan dalam acara penikahan maupun dalam acara adat lainnya.

Pakaian Tradisional Jawa Tengah

 

Pakaian Adat Jawa Tengah

Yang paling populer dari pakaian adat Jawa Tengah adalah pakaian setelan kain kebaya, kain kebaya yang ada di Jawa Tengah berbeda motif jika dibandingkan kebaya dari Yogyakarta maupun daerah lain.

Biasanya yang membedakannya adalah pada motif batik serta model setelan cara pemakaian kain kebaya-nya. Kalau dilihat sepintas, pakaian adat Jawa Tengah identik dengan penggunaan kain kebaya dengan motif batik, dimana batik yang digunakan merupakan batik tulis yang masih tergolong asli.

Macam-macam pakaian adat Jawa Tengah seperti yang terlihat pada gambar di atas merupakan warisan budaya nenek moyang yang patut kita lestarikan dan menjadi kebanggaan bangsa Indonesia khususnya masyarakat Jawa.

Sumber : Google ( Dwi Jo )

Baju Adat Indonesia

GAMBAR BAJU/PAKAIAN ADAT INDONESIA – PAKAIAN ADAT NUSANTARA

Pakaian Adat Tradisional Indonesia merupakan salah satu kekayaan budaya yang dimiliki oleh negara Indonesia dan banyak dipuji oleh negara-negara lain. Dengan banyaknya suku-suku dan provinsi yang ada di wilayah negara Indonesia, maka otomatis pula banyak sekali macam-macam baju adat yang dipakai oleh masing-masing suku di seluruh provinsi Indonesia.Karena dari banyaknya suku-suku yang ada di Indonesia memiliki ciri-ciri khusus dalam pembuatan ataupun dalam mengenakan Pakaian Adat tersebut.

Pakaian adat atau yang biasa disebut pakaian tradisional dari masing-masing provinsi ini memiliki suatu cerita masing-masing, namun disini saya hanya akan memberikan nama-nama pakaian adat nusantara beserta gambarnya masing-masing. 
Sumber : Google

Hello world!

Welcome to WordPress.com! This is your very first post. Click the Edit link to modify or delete it, or start a new post. If you like, use this post to tell readers why you started this blog and what you plan to do with it.

Happy blogging!